Hosting Unlimited Indonesia

Tuesday, 31 January 2017

Definisi, Gejala, Pencegahan, Penularan dan Pemeriksaan Tuberculosis


Tuberculosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru. Nama tuberculosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara.
Penyakit Tb paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobakterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
Sumber penularan adalah penderita tuberculosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman tuberculosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tuberculosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Gejala TBC ?
TBC bisa menyerang bagian tubuh yang mana pun, tapi paru-paru yang paling sering. Pengidapnya mungkin mendapat aneka gejala sebagai berikut:
A.    Gejala sistemik/umum
·         Penurunan nafsu makan
·         Berat badan turun tanpa sebab
·         Perasaan tidak enak (malaise), mudah lelah.
·         Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
·       Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
B.     Gejala khusus
Ø  Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Ø   Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
Ø    Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Ø  Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Penularan TBC ?
Penularan TBC dapat terjadi dengan berbagai cara antara lain :
a.       Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
b.      Kalau kuman ini terhirup orang lain, dia bisa terkena infeksi.
c.    Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
d.   Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
e.  Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TBC ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
f.  TBC tidak tersebar dari alat rumah tangga, misalnya sendok garpu, piring mangkuk, gelas, seprai, pakaian atau telepon - jadi tidak perlu memakai alat rumah tangga masing-masing.
Resiko TBC ?
a)  Memakai obat yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh misalnya corticosteroids, cyclosporin atau obat kemoterapi,
b)  HIV/AIDS merupakan faktor resiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TBC menjadi sakit TBC. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem kekebalan tubuh seluler (cellular immunity) sehingga jika terjadi onfeksi penyerta (oportunistic), seperti tuberculosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian.
c)      Berpenyakit menahun yang mempengaruhi sistem ketahanannya.
d)   Orang yang sering dan lama bergaul dengan seorang penderita TBC di paru-paru atau saluran napas yang menular.
e)      Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TBC akan menjadi sakit TBC
Pencegahan TBC?
1.    Penderita TBC di paru-paru diminta menutupi hidung dan mulutnya apabila mereka batuk atau bersin.
2.      Penderita TBC menular di paru-paru dipisahkan dari orang lain sampai tidak bisa menulari lagi.
3.   Bagi jenis TBC yang menjadikan nyawa terancam, vaksin BCG dapat melindungi anak-anak yang bepergian ke negara yang biasa kejangkitan TBC.
Diagnosa TBC ?
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
a)      Potret sinar X dapat menunjukkan apakah penyakit TBC sudah mengenai paru-paru.
c)      Uji tuberkulin

CARA PEMERIKSAAN BTA DENGAN SAMPEL DAHAK/SPUTUM KLIK DI SINI




Monday, 30 January 2017

BAHAYA MEROKOK


Sebagian besar orang bisa meninggal dikarenakan mengkonsumsi rokok dengan berlebih. Awalnya memang tidak terasa sakit, tetapi semakin lama seseorang mengkonsumsi rokok, maka akan banyak timbul berbagai penyakit dalam tubuhnya. Sebagian besar penyakit yang akan diderita oleh orang yang merokok adalah penyakit yang umumnya tidak dapat disembuhkan.
Biasanya orang mulai merokok karena orang lain merokok (pergaulan). Hal ini pada umumnya akan berdampak sangat cepat menyerang anak – anak. Tentunya mereka mulai merokok karena meniru dari orang terdekat, yaitu orang tuanya yang merokok atau saudara yang diam – diam merokok. Selain itu, karena faktor lingkungan dan teman – teman di sekelilingnya yang telah merokok dan terbiasa merokok, maka seorang anak mulai meniru untuk merokok. Umumnya, anak – anak melakukan hal ini karena mereka beranggapan bahwa dengan merokok akan membuat mereka dipandang sudah dewasa dan pemberani. Jika seseorang telah mencoba menghisap rokok, biasanya lama – lama hal ini akan berkembang menjadi suatu kebiasaan.
Tiga Bahan Rokok yang Paling Berbahaya
a.      NIKOTIN
Nikotin dalam jumlah kecil mempunyai pengaruh menenangkan, tetapi kadang – kadang bisa meradang. Bahwa nikotin merupakan bahan kimia yang tidak berwarna dan merupakan salah satu racun paling keras yang kita kenal. Hal ini tentunya tergantung pada jumlah dan keadaan fisiologis serta psikologis orangnya. Dalam jumlah besar, nikotin sangat berbahaya, yaitu antara 20 mg sampai 50 mg nikotin dapat menyebabkan terhentinya pernapasan.
Meghisap satu batang rokok berarti telah menghisap 2 – 3 mg nikotin. Jika asapnya tidak dihisap, nikotin yang terhisap hanya 1 – 1,5 mg saja. Bagi orang – orang yang bukan perokok atau yang tidak biasa merokok, dengan menghisap 1 – 2 mg nikotin saja sudah menyebabkan mereka pusing, sakit kepala, mual dan muntah. Mereka berkeringat dan terasa sakit di daerah lambung.
Nikotin menaikkan tekanan darah dan mempercepat denyut jantung hingga pekerjaan jantung menjadi lebih berat. Selanjutnya, nikotin juga menyebabkan ketagihan. Seperti yang kita ketahui bahwa nikotin mempunyai pengaruh menenangkan. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Oleh karena itu, semakin banyak rokok dihisap, semakin hebat jantung dipacu. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.
b.      KARBON MONOKSIDA
Karbon monoksida merupakan gas beracun yang tidak berbau sama sekali. Gas ini bisa kita jumpai pada asap yang dikeluarkan mobil. Karbon monoksida yang terkandung dalam rokok dapat mengikat dirinya pada Hb darah dengan akibat oksigen tersingkir dan tidak dapat digunakan oleh tubuh ( padahal yang diperlukan tubuh adalah oksigen). Tanpa oksigen ini, baik otak maupun organ tubuh yang lain tidak dapat berfungsi. Seperti halnya mesin yang perlu udara untuk membakar bensin agar mesin tersebut bergerak, maka tubuh kita perlu oksigen untuk membakar makanan yang disimpan dalam jaringan tubuh untuk memberikan energi.
Efek dari karbon monoksida adalah jaringan pembuluh darah akan menyempit dan mengeras sehingga akhirnya dapat mengakibatkan peyumbatan.
“Satu batang rokok yang dibakar mengandung 3 – 6 % karbon monoksida dan dalam darah kadarnya mencapai 5%. Pada orang yang bukan perokok, kadarnya adalah 1%. Perokok dengan kadar karbon monoksida 5% ke atas mendapat serangan 3 kali lipat dibanding dengan bukan perokok. Gabungan karbon monoksida dengan nikotin akan mempermudah para perokok menderita penyakit penyempitan dan penutupan pembuluh darah dengan akibat – akibatnya”.
c.       TAR
Lebih dari 2000 zat kimia baik berupa gas, maupun partikel padat terkandung dalam asap rokok. Diantara zat – zat tersebut ada yang mempunyai efek karsinogen (penyebab kanker). Tar adalah komponen dalam asap rokok yang tinggal sebagai sisa sesudah dihilangkan nikotin dan tetesan – tetesan cairannya. Sebatang rokok menghasilkan 10 – 30 mg tar. Cerutu dan rokok pipa justru menghasilkan tar yang lebih banyak. Tar merupakan kumpulan berbagai zat kimia yang berasal dari daun tembakau sendiri, maupun yang ditambahkan pada tembakau dalam proses pertanian dan industri sigaret serta bahan pembuat rokok lainnya. Oleh karena itu, kadar tar yang terkandung dalam rokok inilah yang berhubungan dengan resiko timbulnya kanker karena tar mempunyai efek karsinogen.
Bahaya Rokok terhadap Kesehatan
Merokok sudah menjadi masalah yang kompleks yang menyangkut aspek psikologis dan gejala sosial. Merokok memang mengganggu kesehatan. Kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok tidak hanya merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya.
Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Tidak hanya bagi kesehatan, merokok juga menimbulkan akibat buruk di bidang ekonomi. Di negara industri maju, kini terdapat kecenderungan untuk berhenti merokok, sedangkan di negara berkembang, khususnya Indonesia justru  cenderung timbul peningkatan kebiasaan merokok.
Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel. Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium.
Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung 3 kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengiritasi mata dan pernapasan. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu.
Macam-Macam Penyakit Akibat Merokok
1)      Menyebabkan kanker kerongkongan.
2)      Menyebabkan serangan jantung.
3)      Menyebabkan kerusakan sel ginjal
4)      Menyebabkan penebalan arteri
5)      Menyebabkan munculnya penyakit paru obstruktif kronik
6)      menyebabkan penyakit bronkitis kronis
7)      Menyebabkan imponten
8)      Menyebabkan penyakit alzheimer
9)      Menyebabkan osteoporosis
10)  Menyebabkan terganggunya sel genetik dan menyebabkan leukimia
11)  Menyebabkan kerusakan jaringan bawah kulit
12)  Menyebabkan aneurisma otak
13)  Menyebabkan lambung luka
14)  menyebabkan janin cacat dalam kandungan
15)  Menyababkan daya tahan tubuh menurun
16)  Menyebabkan gigi cepat rapuh
17)  Menyebabkan tumbuhnya sariawan
18)  Menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas
19)  Menyebabkan penyakit asma semakin memburuk
20)  Menyebabkan darah tinggi
21)  Menyebabkan kanker paru
22)  Menyebabkan kanker payudarah
23)  Menyebabkan kanker serviks
24)  Menyebabkan kanker kandung kemih
25)  Menyebabkan enzim pencernaan tidak berfungsi
26)  Menyebabkan kanker mulut
27)  Menyebabkan kanker tenggorokan
28)  Menyebabkan penderita diabetes melitus semakin parah
29)  Menyebabkan penyakit stroke
30)  Menyebabkan sel telur dan sperma tidak subur
31)  Menyebabkan produksi ASI menurun



STOP ROKOK


Friday, 27 January 2017

Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)

Cacing tambang merupakan nematoda yang hidup sebagai parasit pada usus manusia. Cacing ini termasuk kelas Nematoda dan tergolong dalam filum Nemathelmintes. Dua spesies utama cacing tambang yang menginfeksi manusia adalah Necator americanus dan Ancylostoma duodenale.
Manusia merupakan hospes definitif dari cacing tambang. Cacing ini hidup dalam usus halus terutama di daerah jejunum. Pada infeksi berat, cacing dapat tersebar sampai ke kolon dan duodenum. Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan mulut yang besar melekat pada mukosa dinding usus.
Ukuran Ancylostoma duodenale sedikit lebih besar dari Necator americanus. Cacing dewasa jantan berukuran 5-11 mm x 0,3-0.45 mm dan cacing betina 9-13 mm x 0,35-0,6 mm. Bentuk badan Necator americanus biasanya menyerupai huruf S, sedangkan Ancylostoma duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini besar. Necator americanus mempunyai benda kitin, sedangkan Ancylostoma duodenale ada dua pasang gigi.
Telur cacing tambang berbentuk oval, tidak berwarna dan berukuran 40 x 60 mikron. Dinding luar dibatasi oleh lapisan vitelline yang halus, di antara ovum dan dinding telur terdapat ruangan yang jelas dan bening. Telur yang baru keluar bersama tinja mempunyai ovum yang mengalami segmentasi 2, 4, dan 8 sel. Bentuk telur Necator americanus tidak dapat dibedakan dari Ancylostoma duodenale. Jumlah telur per-hari yang dihasilkan seekor cacing betina Necator americanus sekitar 9.000-10.000, sedangkan pada Ancylostoma duodenale 10.000-20.000 butir.
Siklus Hidup Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)
Telur cacing tambang dikeluarkan bersama tinja dan berkembang di tanah. Dalam kondisi kelembaban dan temperatur yang optimal, telur akan menetas dalam 1-2 hari dan melepaskan larva rhabditiform yang berukuran 250-300 μm. Setelah dua kali mengalami perubahan, akan terbentuk larva filariform. Perkembangan dari telur ke larva filariform adalah 5-10 hari. Kemudian larva menembus kulit manusia dan masuk ke sirkulasi darah melalui pembuluh darah vena dan sampai di alveoli. Setelah itu larva bermigrasi ke saluran nafas atas yaitu dari bronkhiolus ke bronkus, trakea, faring, kemudian tertelan, turun ke esofagus dan menjadi dewasa di usus halus.
Kerusakan jaringan dan gejala penyakit dapat disebabkan oleh larva maupun cacing dewasa. Larva menembus kulit dan membentuk maculopapula dan eritem, sering disertai rasa gatal yang hebat, disebut ground itch atau dew itch. Sewaktu larva berada dalam aliran darah dalam jumlah banyak atau pada orang yang sensitif dapat menimbulkan bronkitis atau bahkan pneumonitis.
Gejala Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)
Gejala yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang stadium dewasa tergantung pada spesies, jumlah cacing, dan keadaan gizi penderita. Tiap cacing Necator americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005-0,1 cc sehari, sedangkan Ancylostoma duodenale 0,08-0,34 cc. Pada infeksi kronik atau infeksi berat terjadi anemia hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat eosinofilia. Cacing tambang biasanya tidak menyebabkan kematian tetapi dapat membuat daya tahan tubuh berkurang dan prestasi kerja turun.
Diagnosis Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)
Diagnosis dapat ditegakkan dengan mengidentifikasi telur cacing tambang dalam sampel tinja menggunakan mikroskop. Untuk penilaian kuantitatif, berbagai metode seperti Kato-Katz dapat digunakan. Untuk membedakan spesies Necator americanus dan Ancylostoma duodenale dapat dilakukan biakan dengan cara Harada-Mori.


Tuesday, 24 January 2017

Cacing Cambuk (Trichuris trichiura) - Gejala, Pencegahan dan Siklus Hidup

Cacing cambuk (Trichuris trichiura) merupakan nematoda usus penyebab penyakit trikuriasis. Trikuriasis adalah salah satu penyakit cacing yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi dengan cacing ini. Penyakit ini sering dihubungkan dengan terjadinya kolitis dan sindrom disentri pada derajat infeksi sedang.
Manusia merupakan hospes definitif dari Trichuris trichiura. Cacing ini terutama dapat ditemukan di sekum dan appendiks, tetapi juga dapat ditemukan di kolon dan rektum dalam jumlah yang besar. Cacing cambuk tidak membutuhkan hospes perantara untuk tumbuh menjadi bentuk infektif.
Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm. Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk dan cacing betina bentuknya membulat tumpul, sedangkan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum dengan satu spikulum dengan bagian anteriornya yang seperti cambuk masuk ke dalam mukosa usus. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3.000-20.000 butir. Telur berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih.

Siklus Hidup Trichuris trichiura
Telur yang keluar bersama tinja merupakan telur dalam keadaan belum matang (belum membelah) dan tidak infektif. Telur ini perlu pematangan pada tanah selama 3-5 minggu sampai terbentuk telur infektif yang berisi embrio di dalamnya. Manusia mendapat infeksi jika telur yang infektif ini tertelan. Selanjutnya di bagian proksimal usus halus, telur menetas, keluar larva, menetap selama 3-10 hari. Setelah dewasa, cacing akan turun ke usus besar dan menetap dalam beberapa tahun. Jelas sekali bahwa larva tidak mengalami migrasi dalam sirkulasi darah ke paru-paru.
Mekanisme pasti bagaimana cacing cambuk menimbulkan kelainan pada manusia tidak diketahui, tetapi paling tidak ada 2 proses yang berperan, yaitu trauma oleh cacing dan efek toksik. Trauma pada dinding usus terjadi karena cacing ini membenamkan bagian kepalanya pada dinding usus.
Pada infeksi yang ringan, kerusakan dinding mukosa usus hanya sedikit. Infeksi cacing ini memperlihatkan adanya respons imunitas humoral yang ditunjukkan adanya reaksi anafilaksis lokal yang dimediasi oleh IgE, akan tetapi peran imunitas seluler tidak terlihat. Terlihat adanya infiltrasi lokal eosinofil di submukosa dan pada infeksi berat ditemukan edema. Pada keadaan ini mukosa akan mudah berdarah, namun cacing tidak aktif menghisap darah.
Pada infeksi berat, terutama pada anak, cacing tersebar diseluruh kolon dan rektum. Kadang-kadang terlihat di mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi.
Gejala Trichuris trichiura
Hanya infeksi yang berat yang menyebabkan gejala antara lain :
1.      Nyeri perut dan diare
2.      Perdarahan usus
3.      Anemia
4.      Penurunan berat badan dan peradangan usus buntu (apendisitis)
5.      Kadang rektum menonjol melewati anus (prolapsus rektum), terutama pada anak-anak atau wanita dalam masa persalinan.
Diagnosis Trichuris trichiura
Infeksi Trichuris trichiura ditegakkan dengan menjumpai telur dalam feses ataupun cacing dewasa pada feses. Pemeriksaan yang direkomendasikan adalah pemeriksaan sampel feses dengan teknik hapusan tebal kuantitatif Kato-Katz. Metode ini dapat mengukur intensitas infeksi secara tidak langsung dengan menunjukkan jumlah telur per gram feses.
Pencegahan Trichuris trichiura
Untuk mencegah terjadinya penyakit ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berkut:
a.       Gunakan jamban yang bersih
b.      Tingkatkan kebersihan individu
c.       Hindari sayuran yang belum dicuci bersih.


Monday, 23 January 2017

Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) - Pencegahan, Gejala dan Diagnosis

Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)_ Pencegahan, Gejala dan Diagnosis
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda terbesar (cacing gelang) yang hidup sebagai parasit pada usus manusia. Cacing betina berukuran lebih besar dari cacing jantan. Ukuran cacing betina dewasa mencapai 20-35 cm dan cacing jantan dewasa 15-30 cm. Cacing dewasa hidup di rongga usus halus. Seekor cacing betina dapat bertelur 100.000-200.000 butir sehari.
Pada pemeriksaan tinja penderita, dapat ditemukan telur cacing. Ada tiga bentuk telur yang mungkin ditemukan, antara lain :
1.   Telur yang dibuahi, berbentuk bulat atau oval dengan dinding telur yang kuat, terdiri dari 3 lapis.
2. Telur yang mengalami dekortikasi adalah telur yang dibuahi, akan tetapi kehilangan albuminoidnya.
3.   Telur yang tidak dibuahi, mungkin dihasilkan oleh betina yang tidak subur atau terlalu cepat dikeluarkan oleh betina yang subur.
Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif tersebut bila tertelan manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah menuju ke paru. Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva menuju faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita batuk karena rangsangan tersebut dan larva akan tertelan ke dalam esofagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
Gejala Klinis Ascariasis
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi diantaranya beratnya infeksi, keadaan umum penderita, daya tahan, dan kerentanan penderita terhadap infeksi cacing.
a)   Pada infeksi biasa, penderita mengandung 10-20 ekor cacing, sering tidak ada gejala yang dirasakan oleh hospes, baru diketahui setelah pemerikasaan tinja rutin atau karena cacing dewasa keluar bersama tinja.
b)   Pada penderita Ascariasis yang berada di paru. Pada orang yang rentan terjadi perdarahan kecil pada dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai dengan batuk, demam, eosinofilia. Pada foto toraks tampak infiltrat. Pada kasus ini sering terjadi kekeliruan diagnosis karena mirip dengan gambaran TBC, namun infiltrat ini menghilang dalam waktu 3 (tiga) minggu setelah diberikan obat cacing pada penderita. Keadaan ini disebut sindrom Loeffler. Gangguan yang disebabkan oleh cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami gejala gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi.
Faktor Risiko Lingkungan:
1)      Kurangnya higienitas modern dan infrastruktur sanitasi
2)      Penggunaan tinja manusia sebagai pupuk
3)      Tinggal di iklim yang hangat atau mengunjungi daerah dengan iklim yang hangat
4)      Pajanan lingkungan luar ketika terkena tanah atau debu yang mengandung telur
Metode Standar untuk Mendiagnosis Ascariasis
Mengidentifikasi telur Ascaris lumbricoides dalam sampel tinja menggunakan mikroskop. Karena telur mungkin sulit ditemukan pada infeksi ringan, maka dianjurkan untuk menggunakan prosedur konsentrasi. Bila prosedur konsentrasi tidak tersedia, pemeriksaan sediaan langsung pada spesimen dapat dilakukan untuk mendeteksi infeksi sedang sampai berat. Untuk penilaian kuantitatif, berbagai metode seperti Kato-Katz dapat digunakan. Selain itu stadium larva dapat diidentifikasi dalam dahak atau aspirasi lambung selama fase migrasi paru.
Pencegahan Penyakit Ascariasis
Agar penyakit Askariasis tidak terjadi kita dapat melakukan upaya pencegahan dengan cara antara lain :
a.       Tidak sembarangan buang air besar atau buang tinja,
b.      menghindari sayuran mentah,
c.       serta mengkonsumsi air yang benar benar bersih.